Rabu, 29 Mei 2013

Album Biru (II)

Lanjut kecerita yang kedua. Singkat cerita saya telah duduk dibangku SD kelas 2. Seiring perjalanan waktu saya dipersatukan oleh hukuman semesta. Saya pun memiliki teman kelompok belajar dan menjadi teman dekat mereka. Kelompok belajar saya terdiri dari Omen dari Kedaung, Aw dari Salatiga, Caplang dari Poncol, Petol dari Pocol dan Dede dari Poncol. Kita berenam selalu bermain dan mengerjakan tugas sekolah bersama. Menurut saya temen-teman saya ini sangat super pintarnya dan memiliki bakat tersendiri. Sebelumnya saya akan ceritakan sedikit tentang teman-teman saya dahulu. Ini dia silahkan simak. Omen meskipun dia jahil tapi soal pelajaran sekolah tetap nomor 1. Tidak kalah nomor 1 nya ada Aw yang bisa dikatakan rivalnya Omen dalam menyelesaikan soal matematika di depan kelas. Dan untuk kemampuan dalam pengetahuan umum serta olahraga ada Petol dan Dede yang menduduki peringkat tersebut. Tidak kalah hebatnya ada Caplang yang jago banget dalam menggambar dan kesenian, tulisannya pun rapih dan bagus. Sedangkan saya tidak kalah hebatnya, karena saya bisa berteman dengan mereka yang super. Mereka itu sahabat super saya.

Ujian kenaikan kelas semakin dekat. Tibalah saatnya untuk mempersiapkan diri dalam ujian semester genap kelas 2. Saya dan teman kelompok saya mulai memperkuat serangan untuk lebih giat belajar dan memperebutkan ranking 1 di kelas. Kami menggunakan strategi belajar kelompok secara intensiv di basecamp rumah pohon milik Caplang. Setiap pulang sekolah dan hari minggu kita selalu belajar kelompok. Mereview kembali pelajaran dan mengerjakan tugas-tugas sekolah. Ya.... seperti biasa kami lebih banyak bermain dari pada belajarnya. Karena bermain sambil belajar itu sangat menyenangkan. Permainan yang sering kami mainkan adalah memajat pohon dan berayun di pohon, memancing di danau, serta bermain bola di danau yang sudah kering.

Hari ujian semester genap pun tiba. Meski kami suka bermain bersama namun untuk masalah ujian kita bagaikan tidak saling mengenal dan fokus pada soal ujian. Saya seperti orang lain, saya menyelesaikan soal ujian dengan sangat lancar, khususnya pada mata pelajaran matematika. Kerja kelompok yang dilaksanakan sebelum ujian pun membuahkan hasil. Pada saat pembagaian rapor saya tidak menyangka bahwa saya menduduki peringkat 1 dikelas. Ibu saya sangat senang akan prestasi saya dalam mendapatkan ranking 1. Ibu saya pun membelikan saya hadiah berupa mobil remote control. Hasil yang saya dapatkan ini berkat belajar kelompok bersama teman-teman super saya. Terima kasih semua, semoga amal ibadah kalian diterima di sisi-Nya. Amin... Lho...!!??

Pesan yang bisa saya dapat dari peristiwa itu adalah bahwa ternyata benar apa yang dikatakan oleh pepatah. Yang berbunyi “Apabila kita bermain dengan seorang penjual parfum maka kita akan kebagian harumnya”. Itulah yang saya rasakan kala itu, saya bermain dan bergaul dengan teman-teman super saya dan hasilnya luar biasa. Saya menjadi juara kelas. Dan ini terbukti selama saya bermain bersama mereka semasa SD selama 5 tahun dari kelas 2 hingga kelas 6, saya selalu mendapatkan posisi juara kelas. Carilah teman yang dapat memberikan kita manfaat dan bergaullah dengan mereka. Dengan memiliki teman yang baik maka akan membentuk karakter yang baik pula dalam diri kita. Dan satu hal lagi, belajarlah tentang apapun untuk kebutuhan diri kita sendiri. Jangan terlalu fokus dengan mengharapkan menjadi ranking 1 dikelas, karena nantinya kita akan terasa berat dan lelah sendiri.

Demikian kisah karangan saya semoga dapat menghibur para pembaca. Terimakasih.

Minggu, 05 Mei 2013

Album Biru (Bag: I)

Tulisan ini berawal dari seorang dosen yang menyuruh saya dan temen-temen saya untuk membuat tugas mengarang. Ya... mengarang....., mengarang dengan topik bebas. Saya pun bingung, sebingung bingungnya orang bingung. Apa yang mau saya tulis dalam cerita karangan saya. Terakhir saya bikin tugas mengarang itu kelas 1 SMP. Dan itu pun mengarangnya mengada-ada banget. Alhasil cerita karangan saya yang mengada-ada itu tidak semulus paha saya. Ok... saya tidak mau ambil pusing. Saya pun mulai mencari-cari dan berpikir topik apa yang akan saya jadikan karangan nanti. Akhirnya ide pun muncul. Saya memutuskan untuk membuat topik karangan tentang kisah klasik saya sewaktu masa SD dulu. Dan karangan ini saya kasih judul  “Album Biru”. Judul ini saya adaptasi dari kata rapor biru. Layaknya rapor biru yang memuat nilai-nilai bagus didalamnya, maka album biru ini menceritakan tentang pengalaman saya yang bagus-bagus semasa SD dulu. Jadi begini ceritanya.
Ada seorang anak bernama Darma. Ya... itulah saya, saya dibesarkan di kawasan Ciputat tepatnya beralamatkan di jalan Bhakti Emapang Sari Ciputat. Masa kecil saya suka memanjat pohon untuk berburu kumbang dan memetik buah ceri di pohon tetangganya, bermain bola dan mandi berkecipak di air kali. Singkat cerita saya telah bersekolah di SDN III Ciputat kelas 1. Di kelas, saya menjadi anak yang sangat pemalu. Dan saya menjadi anak yang populer dikalangan anak-anak yang tidak populer. Sewaktu kelas 1 saya duduk sebangku bersama dua temen saya yaitu Alpen dan Omen (Ahmad Arrahman). Izinkan saya untuk mendeskripsikan kedua teman saya ini. Temen saya yang bernama Alpen ini memiliki badan yang besar dan berkulit putih. Cocok si dengan namanya yang mengingatkan saya dengan nama gunung di Eropa sana. Namun anehnya dibalik badannya yang besar ini, dia anaknya cengeng gampang menangis jika di isengin dan dirambutnya sudah tumbuh beberapa uban. Menurut kacamata saya, Alpen ini mirip tokoh kartun Baby Hui. Nah... berikutnya adalah temen saya yang bernama Omen. Dia ini anaknya berbadan kecil, bekulit putih dan memiliki sifat yang sedikit jahil. Dan Omen ini mirip seperti tokoh kartun Shinchan.
Pernah suatu ketika ada kejadian yang menggemparkan di kelas. Sewaktu pelajaran membaca saya, Alpen, dan Omen duduk dibangku baris terdepan. Alpen disuruh Ibu guru untuk membaca bacaan yang ada di papan tulis. Alpen memang belum terlalu lancar untuk mengeja suatu bacaan. Karena kegagalan Alpen itu, Omen pun mengolok-olok Alpen. Tidak lama kemudian Alpen menangis sekencang-kencangnya. Akibat tangisan Alpen, Ibu guru menjadi terkejut, Omen terkejut, saya terkejut, seisi kelas pun ikut terkejut. Ibu guru mulai menenangkan Alpen. Setelah Alpen sudah reda dari tangisnya, saya mencium aroma mistis di kelas. Ternyata bukan saya saja yang mencium aroma itu. Seketika juga aroma mistis itu memenuhi seisi ruang kelas, sehingga membuat kami sesak untuk bernapas. Omen dan saya pun menelusuri dari mana aroma tersebut berasal. Aroma yang sangat menyengat itu bersumber dari teman kami Yusuf yang duduk di barisan paling belakang. Yusuf ini anaknya mirip seperti tokoh Giant dalam film kartun Doraemon, berbadan besar dan berkulit coklat. Ukh.... ternyata benar aroma itu berasal dari Yusuf. Dan ternyata juga Yusuf itu telah pup di dalam celana. Ternyata saat itu Yusuf sedang sakit muntaber. Akhirnya Yusuf di izikan pulang oleh Ibu guru. Ibu puru pun menelepon orang tua Yusuf untuk menjemput pulang Yusuf.
Pesan moral saat itu yang bisa saya dapati adalah janganlah kalian mudah menangis dengan masalah yang kalian hadapi berusahalah dan bersabarlah untuk mendapatkan jalan keluar. Namun jika kalian ingin menangis, menangislah tapi kalian harus berani ambil resiko jika datang aroma mistis kepada kalian. Sebab menangis mungkin akan memunculkan aroma mistis yang serupa dengan cerita diatas.

Popular Posts