Rabu, 31 Oktober 2012

Menag: Pola Pendidikan Pesantren Perlu Diperbaiki


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pendidikan pesantren di Indonesia masih perlu disempurnakan. Begitulah kesan yang diperoleh Menteri Agama Suryadharma Ali saat mengunjungi para santri Pondok Pesantren United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI). 

Pola pemberian materi maupun manajemen asrama santri dinilainya masih belum dikelola profesional. Pandangan itu menguat saat ia membandingkan kondisi pesantren pada umumnya dengan Ponpes UICC,.Kesan berbeda dari pesantren serta asrama putra Sulaimaniyah terlihat mulai dari fisik bangunan.

Bentuk bangunan lima lantai itu bak perkantoran modern. Tidak terlihat lalu lalang santri di sekitaran Jalan Cipinang Baru Raya 25, Pulogadung, Jakarta Timur.

Dari pintu masuk terlihat loker serta susunan sepatu para tamu yang selalu dirapikan para petugas. Kesan rapi dan bersih kian kuat saat Menag melongok kamar santri. Kasur pegas tebal ditata dalam dipan bertingkat dua dengan seprai biru. Para santri menyetor hapalan Quran-nya dalam balutan topi khas Turki berwarna seragam biru. 

“Kalian adalah santri beruntung. Di pondok lain tak ditemukan hal seperti itu,” kata Menag di hadapan ratusan santri dan pengasuh, Senin (15/10). Dia berpesan, santri yang berusia antara 15 tahun hingga 19 tahun itu sebaiknya bisa mematuhi seluruh program dari pesantren. Pasalnya, sebagian besar mendapat beasiswa pendidikan gratis.  

"Tanggung jawab santri adalah menimba ilmu dan belajar sungguh-sungguh sekaligus untuk membumikan Alquran,"harap Suryadharma yang didampingi Dirjen Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag Nur Syam, Direktur Pondok Pesantren Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag Ace Syaifuddin.

Ketua Yayasan UICCI se-Asia Pasifik Hakan Soydemir mengungkapkan, pondok pesantren UICCI berbeda dengan pondok pada umumnya. Perbedaan paling menonjol adalah seluruh fasilitas ada, mulai ruang belajar ber-AC, pemondokan dan sarana pendukung lainnya dengan tenaga pengajar profesional.

Pondok Pesantren lain, lanjut dia, masih banyak yang tak memiliki fasilitas seperti di UICCI. Karena itu, para santri harus belajar penuh semangat sesuai dengan bimbingan para guru.
Jika dibandingkan dengan pesantren khas Nusantara, Dirjen Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag Nur Syam mengakui input sumber daya manusianya juga mempengaruhi output maupun prestasi santri. 

Misalnya, 80-90 persen masuk calon santri masuk pesantren tanpa dites. Sehingga tingkatannya beragam beserta umur. Sehingga muncul asumsi, yang penting Islamnya bagus, baru memikirkan pendidikan formalnya. 

Nur Syam pun melihat kekurangan dari penerimaan yang asal comot ini membuat para kiai tak bisa menilai satu per satu anak didiknya. Apalagi mengecek satu-satu kebersihan maupun kamar santri.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts