Kamis, 12 April 2012

Mengejar Mimpi


Sebut saja Husni, ia adalah seorang pria dengan kehilangan penglihatan yang tergolong buta total (totally blind). Nama lengkap Husni adalah M. Zusmi Padhli. Ia sering dipanggil Husni oleh teman-teman pantinya, namun di lingkungan keluarga ia dipanggil dengan nama Syafi’i oleh kedua orang tuanya, kakaknya dan adiknya. Husni adalah anak ke tiga dari tujuh bersaudara. Sekarang ia berusia 29 tahun. Husni dilahirkan di Jakarta pada tanggal 29 Oktober 1983. Kedua orang tuanya tinggal dan lahir di Jakarta. Ayahnya yang bernama H. Abdullah Fatih lahir di Jakarta pada tanggal 26 Juni 1952, dan ibunya yang bernama  Hj. Fatimah lahir di Jakarta pada tanggal 4 Januari 1956. Jadi Husni bisa disebut juga sebagai warga pribumi asli Jakarta. Saat ini Husni tinggal bersama warga binaan sosial di Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin yang beralamatkan di Jalan Dewi Sartika No.200 Cawang Jakarta Timur. Di panti sosial ini Husni bersekolah di SLB-A Taman Harapan. Disana ia masih menduduki bangku sekolah kelas observasi, kelas observasi  adalah kelas pelatihan kekhususan, seperti pelatihan baca tulis huruf braille, teknik-teknik orientasi mobilitas, dan lain-lain. Setelah lulus dari kelas observasi maka murid-murid  dapat meneruskan pendidikan SD di SLB-A Taman Harapan kelas 1,2 dan 3 yang setara dengan kelas 4,5 dan 6 di sekolah reguler/umum. Tetapi jika usia murid di kelas obsevasi sudah bukan usia sekolah dasar, maka murid dapat berikan keterampilan, seperti massage (memijat), membuat keset, dan menari. Sesekali jika ada waktu libur dan mendapatkan ijin dari pihak panti, maka Husni akan pulang kerumah orang tuanya, yang beralamatkan di Jalan tekukur no 10 Rt 6 Rw 3, Bukit Duri Tebet Jakarta Selatan, atau juga terkadang pihak keluarganya yang berkunjung ke panti untuk berjumpa dengan Husni. Cita-cita dan harapan Husni adalah ingin menjadi ustadz atau pengajar yang bermanfaat bagi orang lain untuk memberikan ilmu yang bermanfaat bagi yang orang lain serta bisa hidup mandiri tanpa bergantung pada orang lain.
Keluarga Husni bisa dibilang keluarga yang berkecukupan. Walaupun pendidikan terakhir orang tuanya tidak setinggi sarjana. Tetapi orang tua Husni tetap bersemangat dan berusaha untuk mencukupi kebutuhan keluarganya Sebelum ayahnya pensiun dari pekerjaannya, ayahnya yang bernama H. Abdullah Fatih pendidikan terakhirnya hanya sampai SMA dapat berkerja sebagai PNS Kas Daerah yang penghasilannya bisa mencapai 2 sampai 4 juta per bulan. Sedangkan ibunya yang bernama Hj. Fatimah pendidikan terakhirnya hanya sampai SD berkerja sebagai ibu rumah tangga. Husni memiliki dua kakak dan empat adik. Kakak pertamanya Dini Husna telah menikah dan berkerja sebagai ibu rumah tangga. Kakak keduanya Indah Hofifah telah menikah dan berkerja sebagai Guru SDN Akabri inklusi di menteng atas. Adik pertamanya Hikmah Tullutfiah belum menikah dan telah berkerja sebagai guru ngaji didaerah rumahnya. Adik keduannya M. Ibnu Lutfi belum menikah dan telah bekerja menjadi karyawan di Bank Mandiri. Adik ketiganya Imam Taufiqi belum menikah dan masih berkuliah jurusan tarbiah di daerah kampung melayu. Dan adik terakhirya bernama Ahmad Sabil Mutaqin masih berusia 1 tahun 6 bulan. Namun sayang adik Husni yang pertama yaitu Hikmah Tullutfiah dan yang ketiga bernama Imam Taufiqi mengalami kehilangan penglihatan sejak kecil dan keduanya tergolong low vision. Ada kabar bahwa kedua orang Husni memiliki ikatan darah keduanya adalah sepupuan, sehingga ada yang berpendapat itu yang menyebabkan anaknya kehilangan penglihatannya, padahal penglihatan kedua orang tuanya normal-normal saja. Tahun kesedihan pun datang, ketika tahun 2007 saat Husni berusia 24 tahun sang ibu tercinta meninggal dunia, meninggalkan dunia yang fana ini. Ibu Hj.Fatimah wafat pada usia 52 tahun yang disebabkan karena penyakit diabetes yang dideritanya. Keluarga besar merasakan kehilangan atas wafatnya Ibu Hj.Fatimah. Namun sang ayah tidak ingin berlarut-larut terlalu lama dalam kesedihan. Setahun kemudian setelah peristiwa tersebut sang ayah H. Abdullah Fatih menikahi seorang wanita yang bernama Syekhoni di tahun 2008. Ketika menikah sang ayah berusia 57 tahun dan pasangan wanitanya berusia 42 tahun, dan kini ayahnya Husni berusia 60 tahun seorang pensiunan PNS Kas Daerah, ibu tirinya yang bernama Syekhoni kini berusia 46 tahun. Penikahan ayahnya tidak cukup memberikan arti bagi Husni, karena ibu tiri dan Husni tidak saling akrab layaknya ibu dan anak pada umumnya. Mereka seperti sedang perang dingin, dan jarang berkomunikasi. Tentu ini hanya butuh waktu untuk membuat Husni dapat menerima keberadaan ibu tirinya. Memang tidak dapat dipungkiri betapa besarnya jasa ibu kandungnya yang sudah melahirkannya serta membersarkannya dan merawatnya ketika ia sedang sakit. Begitu banyak belaian kasih sayang yang diberikan ibu Hj.Fatimah kepada Husni.
Teringat peristiwa yang dahulu menyebabkan dirinya menjadi kehilangan dalam penglihatannya. Sudah sejak 17 tahun silam dirinya telah kehilangan penglihatan. Saat itu yang merawat dan memperhatikan Husni dengan sangat penuh perhatian dan kasih sayang ketika sakit ialah ibunda tercintanya. Februari tahun 1994 peristiwa itu bermula saat Husni duduk dibangku sekolah dasar kelas enam SD tepatnya saat berusia 12 tahun. Saat itu Husni bersekolah di SD Negeri 06 Tebet Bukit Duri. Husni adalah anak yang mudah bergaul dilingkungan rumahnya, bahkan teman-temannya dari berbagai kalangan mulai dari anak-anak hingga yang dewasa sekalipun. Husni sangat germar sekali dengan yang namanya kegiatan olah raga. Saat itu pagi yang ceria mewarnai hari yang indah ini, anak-anak, remaja, dan dewasa lingkungan rumah Husni sedang bermain bola voli dilapangan voli dekat rumahnya. Husni pun ikut berturut serta dalam permainan bola voli.
Dalam permainan bola voli Husni bermain dengan orang-orang dewasa. Tepat saat bermain bola voli pukulan keras yang dilontarkan seseorang pada bola voli, langsung melesatkan bola voli tersebut ke arah Husni. Bola voli yang melesat dengan sangat cepat dan keras itu langsung tepat mengenai mata kanan Husni. Seketika itu pun Husni terjatuh pingsan beberapa saat. Ketika sadar memang tidak langsung mengalami kehilangan penglihatan, saat sadar yang dirasakan hanya rasa sakit yang teramat sangat. Namun akibat benturan bola voli itu pun datang. Lambat laun selama satu bulan setelah peristiwa itu kemampuan penglihatan Husni mulai menurun, hingga dirinya mengalami kehilangan penglihatan yang tergolong low vision. Pada bulan April tahun 1994 Husni dibawa ke rumah sakit aini kuningan. Di rumah sakit tersebut Husni dirawat, dan di diagnosis bahwa retina Husni terkelupas dan akan lepas dari tempatnya. Setelah 2 minggu dirawat Husni pun di operasi matanya. Operasi mata pun berjalan lancar. Setelah operasi mata 2 minggu kemudian Husni diperbolehkan pulang. Namun itu masih tahap pemulihan, dokter pun menyarankan agar selama 2 bulan Husni harus tidur dengan posisi tengkurap, tidak boleh membawa barang-barang berat, dan masih banyak lagi hal yang harus dihindari. Memang setelah operasi kemampuan penglihatan Husni mulai membaik. Husni dapat masuk sekolah dan mengikuti pelajaran dengan baik. Akan tetapi setelah satu bulan berlalu kemampuan penglihatan Husni mulai menurun dan terganggu, awalnya seperti ada bintik hitam saat melihat sesuatu, dan lama kelamaan bintik hitam itu pun mulai menyebar. Setelah tiga bulan dari operasi mata, Husni mengalami kebutaan (totally blind) pada mata kanannya, dan juga Husni sering mengalami pingsan tiba-tiba.
Karena peristiwa itu Husni pun langsung dilarikan kerumah sakit aini kuningan, tempat dimana ia telah melakukan operasi mata sebelumnya. Dokter mendiagnosa bahwa retina mata kanan husni telah lepas dari tempatnya. Dan anehnya setelah tiga bulan berikutnya hal yang sama terjadi pada mata kirinya, awalnya hanya ada satu bintik hitam. Lalu lama kelamaan bintik hitam itu pun menyebar pada mata kirinya. Dan akhirnya pada pagi harinya, ketika Husni terbangun dari tidurnya, Husni kaget dan sangat shock karena kedua matanya tidak dapat melihat apa-apa. Hanya warna hitam saja yang ia lihat bagaikan malam yang gelap gulita tanpa cahaya rembulan ditengah malam. Dan Husni pun masih sering pingsan tiba-tiba. Karena peristiwa itu sang ibu sangat mencemaskan anak tercintanya dan juga sejak saat itu Husni dipanggil dengan nama Syafi’i. Dengan harapan mendo’akan Husni melalui nama panggilan barunya agar Husni dapat terobati dari sakit-sakitnya, dengan rasa kekhawatiran ibu, Husni tidak di ijinkan keluar rumah dan juga tidak melanjutkan pendidikannya. Ia hanya beristirahat penuh di rumah selama beberapa lama sampai keadaanya membaik. Selama beristirahat di rumah Husni menghabiskan waktunya dengan mendengarkan siraman-siraman rohani yang ia dengar di televisi, radio ataupun pengajian di lingkungan rumahnya untuk membangun dan memotivasi dirnya yang sedang dalam emosi labil. Awal mengalami kebutaan pada kedua matanya, emosi Husni sangat labil dan tidak terkendali, merasa selalu sedih, tidak bersemangat, putus asa dan harapan, Dunia ini bagaikan serasa sempit yang tidak memberikan impian dan harapan bagi Husni, dan masih banyak lagi permasalahan-permasalahan yang melukai hatinya. Ia sangat tidak dapat menerima kekurang yang terjadi padanya, ia masih berharap untuk bisa melihat seperti sedia kala. Namun apa daya itu adalah kehendak Tuhan Yang Maha Agung. Pada akhirnya Tuhan memberikan rahmat kepada Husni untuk berusaha bersabar dan menerima dengan ikhlas. Dan akhirnya rahmat Tuhan datang melalui siraman-siraman rohani yang Husni dengar dari televisi, radio ataupun pengajian di lingkungan rumahnya. Husni pun akhirnya dapat membangun kembali puing-puing hatinya yang hancur dan mulai menyesuaikan diri untuk bersabar dan ikhlas menerima ketetapan Tuhan Yang Maha Bekehendak. Tersirat kabar bahwa dokter yang menangani Husni telah melakukan malpraktek terhadap Husni. Tetapi Husni dan keluarganya tidak memberikan keterangan atau bercerita kepada hal layak ramai. Sehingga peristiwa itu diselesaikan secara kekeluargaan. Bahkan kepada penulis cerita ini pun ia tidak ingin menceritakan lebih lanjut tentang kelanjutan pihak rumah sakit terhadap dirinya.
Tapi sudah lah yang lalu biarkan berlalu dangan damai, sabar, dan ikhlas. Kini Husni telah menempuh hidup baru di Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin. Di panti inilah Husni menimba ilmu dan mengasah keterampilannya. Serta di panti ini juga Husni mencoba kembali membangun rasa percaya diri, semangat yang tinggi akan impian dan harapannya yang telah lama menghilang dari dalam dirinya. Husni termasuk murid yang tegolong baru di Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin. Ia baru masuk di panti pada tanggal 06 Januari 2012 lalu. Husni mengenal panti sosial ini dari salah seorang warga penghuni panti yang sedang bermain didaerah rumahnya. Orang tersebut pun berbagi cerita tentang pengalamannya di panti dan hal-hal yang bermanfaat untuk diambil ilmunya. Dan Husni pun menjadi tertarik dan ingin tinggal di Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin. Memang pada awalnya pihak keluarga tidak mengijinkan Husni untuk tinggal di panti. Kenapa..?. Karena pandangan keluarga Husni tentang panti ialah sebuah tempat yang tidak baik, tidak terawat, dan juga keluarga Husni mengkhawatirkan Husni takut-takut nanti Husni tidak terurus di panti. Meskipun demikian Husni terus tetap mencoba untuk menyakinkan keluarganya bahwa panti tersebut sangat baik, bermafaat, mampu memberikan nilai positif, dan memberikan ilmu yang bermanfaat untuk dirinya dimasa depan kelak. Tidak hanya itu suatu ketika Husni melakukan sholat malam dan shalat istikharah mengharapkan petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa untuk mendapatkan ijin agar bisa tinggal di panti. Lalu keesokan harinya Husni bermimpi melihat cahaya rembulan, cahaya bulan purnama dikegelapan malam, cahaya yang terang menderang yang menyinari seluruh tubuhnya. Ia berharap bahwa mimpi itu adalah rahmat dan pentunjuk dari Tuhan Yang Maha Pemberi Petunjuk, dan ia juga berharap bahwa mimpi itu memiliki nilai positif yang akan merubah kehidupannya menuju arah yang lebih baik. Atas mimpinya itu Husni pun mendapatkan ijin dari keluarganya untuk tinggal di panti sosial. Di panti inilah Husni menenukan titik terang yang yang mampu mengubah hidupnya untuk mengejar apa yang ia impikan. Husni sangat berharap sekali jika telah lulus dari kelas observasinysa di panti, ia ingin sekali belajar massage (memijat). Dengan keterampilan ini Husni dapat menjadi orang yang bermaafaat serta mampu memberikan dan mengajarkan ilmunya kepada orang lain.
Disini lah, di Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin, Husni mendapatkan pengalaman yang tak terlupakan meskipun Husni baru tinggal selama dua bulan. Tetapi suka duka tinggal di panti bersama teman-teman dan keluarga baru sudah dapat Husni rasakan. Dan Husni mempunyai banyak teman di panti ini. Banyak kegemberian yang ia lalui bersama seluruh warga binaan sosial di Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin. Husni mendapatkan banyak hal di panti ini mulai dari pendidikan hingga sosial. Di panti Husni di ajarkan baca tulis huruf braille, yang merupakan kebutuhannya untuk mendapat kan informasi, dan juga mendapatkan pendidikan orientasi mobilitas. Orientasi mobilitas adalah suatu keterampilan yang harus di kuasai oleh orang-orang dengan kehilangan penglihatan agar dapat mengenali objek-objek disekitar sehingga dapat berinteraksi dengan objek-objek sekitar dan dapat berpindah tempat dengan atau tanpa bantuan orang lain. Dan tentu saja Husni harus bisa menguasai teknik-teknik yang di ajarkan pada pendidikan orientasi mobilitas. Husni sangat bersyukur sekali karena dapat diterima dan tinggal di panti sosial yang luar biasa ini. Di panti ini juga ada pelatihan mental, pelatihan inilah yang dapat membuat Husni bersemangat untuk membangun rasa percaya diri, dan memandang cerah kehidupan di masa depan untuk dirinya. Oleh karena itu Husni sangat bersungguh-sungguh untuk belajar dan menimba ilmu di panti. Tiap hari ia belajar dan melatih dirinya untuk bisa lancar membaca dan menulis huruf braille. Jika ada waktu kosong ia sering bermain ke perpustakaan panti guna untuk melancarkan baca tulis braille sekaligus menambah wawasannya melalui buku-buku yang ia baca.
Karena rahmat Tuhan Yang Maha Pandai, usaha Husni pun dipermudah. Kini ia sudah sedikit demi sedikit menguasai  baca tulis huruf braille. Husni pun mampu bersaing dengan teman-teman kelasnya. Prestasi Husni pun tidak tergolong buruk bahkan condong menunjukan nilai yang baik dan memuaskan dalam setiap pelajaran di kelasnya. Bahkan guru kekhususan yaitu Bu Harti sangat bangga dengan Husni, karena “dalam segi pelajaran apa saja  dikelas daya tangkap Husni tergolong cepat, sangat bagus dan bahkan bisa termasuk rangking pertama dalam kelasnya”, ujar Bu Harti ketika diwawancarai mengenai kemampuan Husni dalam matematika, bahasa dan pelajaran lain dikelasnya. ketika didalam kelas Husni selalu sibuk dengan membaca buku-buku bertuliskan braille, namun ia juga dapat fokus terhadap apa yang disampaikan guru-gurunya dalam pelajaran. Dan jika berada di luar kelas khususnya jika Husni sedang berada didalam kamarnya, Husni sangat cakap dan terampil dalam berkomunikasi dengan teman-temannya. Tawa canda selalu tergambar disaat sedang berinteraksi dengan teman-temannya. Dipanti ini juga para warga binaan sosial saling bahu membahu dalam tolong menolong, tidak terkecuali Husni, ia pun suka tolong menolong jika ada temannya yang kesulitan dalam menyelesaikan tugas sekolahnya.
Meskipun Husni memiliki kehilangan penglihatan, tetapi Husni dapat hidup dengan mandiri. Dan rasa sedih yang dahulu amat sangat dalam kini sedikit demi sedikit dapat terobati, walaupun secara fisik tidak dapat mengobati bekas benturan bola voli dan operasi mata yang dahulu menimpa mata kanannya masih berbekas secara nampak. Kini mata kanan Husni agak menjorok kedalam dan sedikit berwarna abu di sekitar korneanya, berbeda dengan mata kiri Husni yang telihat seperti mata normal lainnya. Namun hal itu bukan masalah kini Husni telah menemukan ketenangan dalam dirinya untuk tetap optimis dan bersemangat, memandang masa depan yang cerah untuk terus bersemangat mengejar mimpinya yang ia inginkan. Pelatihan dan pendidikan orientasi mobilitas dipanti telah mengubah Husni menjadi sosok yang mandiri mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar panti, mampu bergerak dan berjalan kesana kemari, mampu memasak, mencuci, menggosok baju dan mengepel dengan mandiri. Dan di panti ini Husni menemukan banyak teman-teman baru, dan belajar menjadi seorang yang percaya diri, optimis, dan menahan emosinya untuk kebaikan bersama, berprilaku sopan dan masih banyak lagi hal positif yang ia pelajari di panti sosial ini untuk mengejar mimpi dan harapannya menjadi orang yang bermanfaat bagi yang lain. Serta di panti ini juga Husni menemukan rasa cinta, dan Husni pun terus tetap besyukur kepada Tuhannya untuk selalu beribadah kepada Tuhan dan menghindari apa yang dilarang Tuhannya.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts